Bengkulu – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu melaporkan penurunan signifikan pada kinerja ekspor daerah sepanjang Januari hingga Oktober 2025. Total nilai ekspor tercatat hanya US$83,95 juta, anjlok 45,72 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2024 yang mencapai US$154,66 juta.
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, MT, menjelaskan bahwa pelemahan ekspor terutama disebabkan oleh penurunan pada kelompok nonmigas.
“Ekspor industri pengolahan turun 22,98 persen, dari US$10,21 juta menjadi US$7,86 juta. Sementara sektor pertambangan dan lainnya merosot 47,97 persen, dari US$143,56 juta menjadi US$74,69 juta,” ujar Win Rizal dalam Berita Resmi Statistik Edisi Desember 2025.
Meski demikian, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan justru mengalami peningkatan. Nilai ekspornya naik 56,78 persen, dari US$0,89 juta menjadi US$1,39 juta.
Total ekspor Bengkulu pada Oktober 2025 tercatat sebesar US$6,46 juta, turun 49,91 persen dibanding September 2025 yang mencapai US$12,90 juta. Jika dibandingkan dengan Oktober 2024 yang mencatat nilai ekspor US$20,42 juta, penurunan tahun-ke-tahun bahkan mencapai 68,37 persen.
Penurunan paling tajam berasal dari komoditas utama Bengkulu, yaitu batubara, yang turun 69,93 persen dari US$19,87 juta menjadi US$5,98 juta. Komoditas karet juga mengalami penurunan 35,15 persen, dari US$0,53 juta menjadi US$0,34 juta.
“Untuk komoditas lainnya, justru terjadi kenaikan signifikan dari US$0,01 juta menjadi US$0,14 juta atau naik 1.092,92 persen,” tambah Win Rizal.
Pada Oktober 2025, Bengkulu tidak melakukan ekspor lintah seperti periode sebelumnya. Komoditas yang masih diekspor mencakup batubara, gaharu, karet, serangga, batu kerikil alam, kayu olahan, jam dan arloji beserta komponennya, serta paket pos lainnya.
Penurunan ekspor ini menjadi perhatian karena menyangkut performa perekonomian daerah yang sangat bergantung pada komoditas sektor primer. Pemerintah daerah dan pelaku usaha pun diharapkan dapat memperluas pasar sekaligus mendorong diversifikasi komoditas untuk mengurangi ketergantungan pada sektor tertentu.











